Tuesday, November 15, 2011

Pengertian Epidemiologi

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode pendekatan banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan.

Menurut asal katanya, secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari perkataan Yunan, dimana epi = upon, pada atau tentang, demos = people, penduduk, logia = knowledge, ilmu. Namun epidemiologi ini tentu sesuai dengan sejarah kelahirannya dimana epidemiologi memberikan perhatian terhadap penyakit yang mengenai penduduk. Penyakit yang banyak menimpa penduduk pada dewasa itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemic (penyakit yang mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi memberikan perhatian tentang epidemic yang banyak menelan korban kematian, dan begitulah nama epidemiologi tidak bias dilepaskan dengan epidemiologi itu sendiri.

Begitulah, pada awal perkembangannya, epidemiologi mempunyai pengertian sempit. Epidemiologi dianggap sebagai ilmu tentang epidemic. Pada perkembangan selanjutnya hingga dewasa iniEpidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (factor-faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dengan demikian, disini tampak bahwa epidemiolgi dimaksudkan tidak hanya mempelajari penyakit epideminya saja, tetapi menyangkut masalah kesehatan secara keseluruhan.

Sebagai ilmu yang berkembang, epidemiologi mengalami perkembangan pengertian dank arena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan atau definisi. Berbagai definisi telah dikemukakan oleh para penulis dan mereka para para pakar yang mencurahkan waktunya dalam epidemiologi. Beberapa diantara mereka adalah:
Wade Hampton Frost (1972), Guru Besar Epidemiologi di School of Hygiene, Universitas John Hopkins mendifinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena missal (mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular. Disini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).

Greenwood (1934), Profesor di School of Hygiene and Tropical Medicine, London, mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas dimana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk. Kelebihan pengertian ini adalah dengan adanya penekanan pada kelompok penduduk yang memberikan arahan distribusi dan metodologi terkait.

Kemudian Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang bersama dengan Thomas F. Pugh menulis buku “Epidemiologi: Pricipals and Methods” menyatakan bahwa epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in man”. Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Walaupun defenisinya cukup sederhana, disini tampak bahwa MacMahon menekankan epidemiologi sebagai suatu pendekatan metodologi dalam menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa terjadi distribusi sedemikian dari suatu penyakit.

Gary D. Friedman (1974) selanjutnya dalam bukunya “Primer of Epidemiology” menuliskan bahwa, Epidemiology is the study of disease occurance in human populations. Batasa ini lebih sederhana dan tampak sepadan dengan apa yang dikemukakan oleh Mac-Mahon. Dan ini pula yang kurang lebih dikemukakan oleh Anders Ahlbom dan Staffan Norel (1989) dalam bukunya Introduction of Modern Epidemiology. Dikatakan bahwa Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. Hanya saja perlu ditambahkan bahwa dalam kata pengantarnya, dia mengatakan antara lain : “Suatu lelucon lama mengatakan bahwa seorang ahli epidemiologi telah berubah: tidak lagi sebagai wilayah dari sejumlah kecil dokter yang berdedikasi, tapi telah berkembang menjadi suatu disiplin riset yang nyata”. Ungkapan ini mengingatkan akan latar belakan sejarah Epidemiologi yang semula mendapat perhatian dan dikembangkan oleh para dokter dalam menggeluti masalah penyakit, yang kemudian berkembang sebagai suatu pendekatan metodologi.

SCREENING


SCREENING
  • Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
TUJUAN SCREENING :
  1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).
  2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber penularan penyakit.
SASARAN
Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti :
  • Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.
  • Infeksi Virus (Hepatitis
  • Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca Prostat, Glaukoma)
  • HIV-AIDS
PROSES PENYARINGAN
Proses pelaksanaan sceening adalah :
  1. Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.
  • Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
  • Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
  1. Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik
  • Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
  • Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).
SENSITIVITAS
  • Sensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil tes positif dan benar sakit.
  • Sensitivitas = a/a+c
SPESIFISITAS
  • Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak sakit.
  • Spesivisitas = d/b+d
POSITIVE PREDICTIVE VALUE (PPV)
  • Persentase pasien yang menderita sakit dengan hasil test Positive.
  • PPV = a/a+b
NEGATIVE PREDICTIVE VALUE (NPV)
  • Persentase pasien yang tidak menderita sakit dengan hasil test negative.
  • NPV = d/c+d